Senin, 19 Januari 2009

MALAS BELAJAR

A. Pengertian Belajar Dikalangan para ahli psikologi, terdapat keanekaragaman definisi belajar yang berkembang, diantaranya: a. Menurut James O. Whittaker, belajar di definisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau melalui latihan atau pengalaman. Dengan demikian, perubahan-perubahan tingkah laku akibat pertumbuhan fisik atau kematangan, kelelahan, penyakit dan pengaruh obat-obatan tidak termasuk proses belajar. b. Gagne, dalam bukunya ”The conditions of learning (1997)” menyatakan bahwa belajar terjadi apabila ada suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. c. Menurut Thorndike (aliran koneksionisme), belajar adalah usaha untuk membentuk antara stimulus dan respon. Menurutnya orang belajar karena menghadapi masalah yang harus dipecahkan. Masalah itu merupakan stimulus bagi individu yang nantinya melahirkan suatu respon (reaksi) dan bila reaksi itu berhasil, maka terjadilah hubungan SR dan terjadi pula peristiwa belajar. Dari perbedaan definisi diatas, dapat ditarik benang merah bahwa belajar adalah proses perubahan, perubahan yang seutuhnya baik lahir maupun batin serta perubahan-perubahan yang positif yaitu perubahan yang menuju ke arah kemajuan atau ke arah perbaikan (فاستبقوا الخيرات ) B. Sebab-Sebab Malas Belajar Fenomena malas belajar biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, hal itu juga bukan merupakan patokan yang utama. Banyak para ahli ataupun dari pengamatan penulis sendiri yang mencoba menganalisa sebab-sebab seorang malas belajar, diantaranya : 1. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) Yang meliputi : a. Faktor fisiologi (sebab yang bersifat fisik) 1) Karena Sakit (kesehatan) Seseorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang dierima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, sarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari yang dapat mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajarannya. Untuk itu, agar seseorang dapat belajar dengan optimal hendaknya mengusahakan kesehatan badanya tetap terjamin dengan cara mengindahkan ketentuan-ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. 2) Kelainan fisik Kelainan fisik atau cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna tubuh seseorang. Cacat tubuh dibedakan menjadi : a) Cacat tubuh yang ringan Seperti kurang pendengaran, kruang penglihatan, gangguan psikomotor, dll. Cacat jenis ini berperosentasi minimal dalam mempengaruhi malas belajar. Sehingga pengaturannya tergantung pembimbing individu tersebut. b) Cacat tubuh yang tetap (serius) Seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya, dan lain-lain. Agar individu tidak merasa tersisihkan karena fisiknya kurang sempurna, disarankan masuk sebuah lembaga pendidikan khusus seperti SLB, Bisu Tuli, dan sebagainya, agar mereka dapat meningkatkan rasa percaya diri, merasa betah di dalamnya dan pelajaran-pelajaran yang khusus untuk mereka akan membuat mereka berani menghadapi realitas. b. Faktor psikologis 1) Inteligensi Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. Menurut Robert D. Carpenter MD, seorang peneliti, bahwa masalah belajar dapat dimulai dari pengaruh IQ di anak itu sendiri. Landasanya berdasarkan penelitian yang ia lakukan dalam hal perkembangan belajar murid sekolah dasar di California, AS, dalam pengamatan ditemukan adanya perbedaan yang kerap kali menyebabkan anak-anak mengalami masalah belajar yang akhirnya cenderung membuat mereka menjadi malas. Faktor ini dapat mempengaruhi anak sehingga mengalami ketertinggalan dibanding dengan anak lain seusianya. Hal ini disebut underachievement. 2) Perhatian Menurut Gazali, perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda / hal) atau sekumpulan obyek. Agar hasil belajar dapat maksimal, hendaknya pelajar mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya agar tidak timbul kebosanan. Usahakan besi pendidik agar bahan pelajaran selalu menarik perhatian dengan cara mengusahakan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya. 3) Bakat Bakat atau optitude ialah potensi / kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir atau terbentuk oleh pengaruh lingkungan. Jika suatu pelajaran itu sesuai dengan bakat seorang pelajar, maka hasil belajarnya akan lebih baik karena ia senang belajar pelajaran tersebut serta ia akan lebih giat dalam belajar. Oleh karena itu penting untuk mengetahui bakat seseorang. 4) Minat Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Pelajar akan merasa malas jika tidak adanya minat. Namun, minat dapat juga dibangkitkan dengan cara : a) bangkitlah suatu kebutuhan (kebutuhan untuk menghargai keindahan, untuk mendapat penghargaan, dan sebagainya) b) hubungan dengan pengalaman yang lamapu c) beri kesempatan untuk mendapat hasil baik, ”nothing succeds like succes” tak ada yang lebih memberi hasil yang baik daripada hasil yang baik. d) Gunakan metode mengajar yang variatif 5) Motivasi Motivasi dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang mampu menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas. Motivasi dapat timbul dari dalam diri pelaku sendiri. Namun, juga dapat muncul dari luar diri pribadi seseorang. Jika orang tua atau guru mampu membangunkan motivasi belajar anaknya maka sesulit apapun suatu materi pelajaran atau pembelajaran yang diikutinya niscaya mereka akan mengalaminya dengan “enjoy” dan pede”. 6) Kelelahan Kelelahan pada diri seseorang meski sulit untuk di pisahkan namun dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan rohani (bersifat psikis). Kelelahan juga sangat mengganggu kondisi belajar siswa sehingga perlu diusahakan kondisi yang bebas dari kelelahan agar seseorang itu tidak malas belajar. - Tipe-tipe khusus seorang pelajar Keanekaragaman tipe belajar seseorang juga sangat berpengaruh pada malasnya seseorang tuk belajar suatu pelajaran. Adapun tipe-tipenya sebagai berikut : - Tipe visual, akan cepat mempelajari bahan-bahan Yang disajikan secara tetulis, bagan, grafik, gambar intinya ia mudah mempelajari bahan pelajaran yang dapat dilihat dengan alat penglihatannya. Sebaliknya ia merasa sulit belajar apabila dihadapkan bahan-bahan dalam bentuk suara atau gerakan. - Tipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), begitu menerangkan ia cepat menangkap bahan pelajaran, disamping itu kata dari teman (diskusi atau suara radio/kaset) ia mudah menangkapnya. Baginya pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, peradaban dan gerakanlah yang mengalami kesulitan. - Tipe motorik, mudah mempelajari bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan dan sulit mempelajari bahan berupa suara dan penglihatan. Tipe khusus ini kebanyakan pada anak didik relatif sedikit, dan kenyataannya banyak yang bertipe campuran (Abu Ahmadi : 1990, 81). 2. Faktor Ekstern a. Faktor keluarga Keluarga merupakan pusat pendidikan yang utama dan pertama. Sebagaimana firman allah يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا ”hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka (QS. At-Tahrim : 6) Ayat diatas menunjukkan bahwa keluarga merupakan tempat pendidikan yang pertama, namun, juga bisa menjadi salah satu faktor malasnya belajar seseorang, diantaranya : 1) Faktor orang tua · cara mendidik : orang tua yang kurang / tidak memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak malas dan tidak berhasil dalam belajarnya. Contoh mungkin seorang anak sebenarnya pandai namun karena cara belajarnya yang tidak teratur mengakibatkan menumpuknya masalah yang ia hadapi dan berdampak pada kemalasan ia belajar. Orang tua yang terlalu kasihan terhadap anaknya sehingga tidak sampai hati untuk memaksa anaknya belajar (memanjakannya) juga tidak baik terhadap perkembangan anak, karena jika hal itu dibiarkan berlarut-larut, anak akan menjadi nakal, berbuat seenaknya dan pastilah belajarnya kacau. Mendidik dengan cara keras, terlalu memaksa dan mengejar-ngejar anaknya untuk belajar juga merupakan ara mendidik yang salah. Yang akibatnya membuat anak takut serta benci belajar. Bahkan jika ketakutan itu sering ia rasakan, akan menganggu kejiwaan anak. · Relasi antar anggota keluarga Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah hubungan orang tua dengan anak, relasi ini erat hubungannya dengan cara orang tua mendidik. Agar dalam jiwa anak tidak tertanam malas belajar, maka diperlukan hubungan yang penuh pengertian dan penuh kasih sayang dalam menjalin sikap antara anggota keluarga. · Contoh atau bimbingan dari orang tua Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. Segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anaknya. Maka hendaklah orang tua ataupun guru mampu menjadi teladan bagi anaknya. Sebagaimana nabi muhammad menjadi teladan bagi umatnya. إنما بعثت لأتمم مكارم الخلاق “sesungguhnya aku (Nabi Muhammad) di utus untuk menyempurnakan akhlak” 2) Suasana rumah / keluarga Tidak hanya suasana rumah yang mungkin ketika ramai ataupun suasana rumah yang kurang harmonis dapat mengganggu kosentrasi belajar anak, namun juga adanya konstruksi bangunan rumah yang mungkin jarang diperhatikan oleh banyak sekali keluarga. Oleh karena itu, orang tua harus mampu menjamin seluruh penghuni agar betah di rumah, terutama anak-anak meski bertempat di dalam gubuk miskin. 3) Keadaan ekonomi keluarga Ekonomi yang kurang / miskin, juga akan mengakibatkan anak malas belajar karena kurang terpenuhinya apa yagn dia butuhkan. Belum lagi ketika dia minder dengan teman lain karena kemiskinan atau bahkan ia harus mencari nafkah untuk membantu kehidupan keluarga. Namun juga tidak dapat dipungkiri tentang keadaan anak yang serba kekurangan. Dan selalu menderita ekonomi, justeru menjadikan keadaan ini sebagai cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses. Sebaliknya keluarga yang ekonominyalebih, yang orang tuanya cenderung memanjakannya juga akan membuat anak malas belajar. Tetapi jika ia mampu memanfaatkan fasilitas yang ada untuk kebutuhan pendidikannya, hasil belajarnya juga optimal. b. Faktor sekolah 1) Guru Guru juga akan menjadi penyebab malasnya belajar siswa, apabila : · Guru tidak menguasai didaktik metodik mengajar · Relasi guru dan murid senggang · Guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak · Guru tidak terampil dalam mendiagnosis permasalahan anak didik. 2) Alat · Gedung yang kurang memadai, · Peralatan yang kurang lengkap · Kurikulum yang kurang baik · Disiplin dan waktu sekolah yang kurang Namun, juga tidak menutup kemungkinan kekurangan di atas dapat melumpuhkan minat belajar siswa. c. Faktor masyarakat / lingkungan 1) Faktor mass media, meliputi : Bioskop, televisi, komik, playstation, majalah, HP, dan lain-lain yang jika dibiarkan terus menerus akan membuat siswa menjadi malas. 2) Faktor lingkungan yang merupakan pengaruh kedua dari keluarga, seperti teman sekolah, teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas masyarakat dan lain-lain. C. Solusi Mengatasi Malas Belajar Langkah dasar untuk mengatasi hal ini yaitu dengan mengidentifikasi sebab-sebab yang menjadikan seorang pelajar malas belajar. Orang tua dapat melakukan pendekatan kepada pihak sekkolah apakah sifat malat belajar yang sering terlihat di rumah juga dirasakan gurunya sewaktu mengajar di kelas, begitu juga sebaliknya bagi seorang guru, agar dapat menemukan gambaran sempurna untuk solusi langkah selanjutnya. Jikalau masalah itu rumit, orang tua hendaknya dengan sabar mendengarkan keluhkesah anaknya dan bersama memecahkan problem anak. Jangan hanya ketika orang tua menerima hasil belajar anak dan ternyata nilainya menurun, orang tua lalu memaki-maki anak hingga membuat anak ketakutan. Setelah semua masalah teratasi hendaknya orang tua membuat kesepakatan bersama dengan anaknya. Kesepaktan ini untuk mencitpakan kedisiplinan, keadaan yang bertanggung jawab serta memotivasi anak. Di dalam kesepakatan juga terdapat hadiah atau sanksi yang harus diterima anak. Kalaupun ada sanksi yang dibut, biarkan anak yang menentukan sebagai wujud tanggung jawabnya terhadap kesepakatan yang telah disepakati bersama. Mungkin, masih banyak cara untuk mengatasi masalah belajar. Karena pada intinya belajar tidak hanya berkiblat pada pendidikan tetapi berubah untuk menjadi lebih baik. Dan hal yang terpenting adalah tugas mana orang tua bisa menanamkan motivasi belajar dalam diri anaknya, agar si anak selalu bersemangat belajar meski cobaan menghadangnya. Hal ini sesuai dengan suatu maqola : علموا اولادكم مخلوقون للزمان غير زمان “Ajarilah anak-anakmu (motivasi) karena mereka dibuat untuk suatu zaman selain zamanmu”. Penanaman motivasi belajar yang paling penting adalah : العلم خير من المال “Ilmu itu lebih baik dari harta” Karena dengan ilmu akan bias menjaga seseorang sedangkan dengan harta, orang tersebut yang akan menjaganya, motivasi yang ditanamkan dari kecil, niscaya akan tetap dijaganya hingga kelak ia berhenti bernafas. DAFTAR PUSTAKA _______, 1995. Kurikulum dan Pengajaran, Jakarta : Bumi Aksara Ahmad, Abu. 1990. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, Ahmadi, Drs. H. Abu dan Drs. Widodo Supriyono, 1990. Psikologi Belajar, Jakarta : Rineka Cipta. Daradjat, Dr. Zakiah, 1982, Mencari bakat anak-anak. Jakarta : Bulan Bintang. Depag RI. 1993. Al-qur’an dan Terjemahannya. Semarang :CV. Alwaah. Mustaqim, Drs. 1991. Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta Nasution, Prof. Dr. S. M.A. 1995, Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara, Purwanto, Drs. M. Ngalim, Mp. 2006. Psikologi Pendidikan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Slameto, Drs. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ayo, akrab kan diri mu.........